Kebutuhan Oksigen Melonjak, Distributor di Karawang Setop Pengisian Oksigen Medis untuk Perorangan
Juni 30, 2021
Meski peningkatan mulai terjadi sejak 4 pekan lalu, lonjakan peningkatan, ujar Heni, terjadi dalam satu pekan terakhir.
Setiap hari, stok oksigen bisa habis terdistribusi hanya dalam dua dua jam, bahkan kurang.
Heni mengaku selalu menyedikan oksigen cair untuk keperluan medis sesuai dengan permintaan.
"Misalnya permintaan 10 tabung, maka kita akan menunggu. Paling lama satu hari. Kita ngisi ke sejumlah rumah sakit," katanya.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah apotek di berbagai kota dan kabupaten di Jabar mulai mengalami kekosongan stok oksigen medis dalam satu pekan terakhir.
Di beberapa apotek, calon pembeli bahkan harus waiting list untuk mendapatkannya. Kelangkaan bukan saja untuk tabung oksigen isi ulang, tapi juga tabung-tabung oksigen kemasan sekali pakai.
Mulai menipisnya persediaan oksigen medis juga dirasakan sejumlah rumah sakit rujukan yang memiliki ruang khusus perawatan pasien Covid-19. Mayoritas rumah sakit memastikan persediaannya aman setidaknya hingga akhir Juni ini.
Namun, beberapa rumah sakit mengaku, persediaannya sudah ada dalam tahap kritis dan memerlukan pasokan segera.
Melansir Tribun Jabar yang memenuliskan, salah satunya di RSUD Ciereng, Kabupaten Subang. Di sana, kenaikan kebutuhan oksigen medis naik hingga lebih 300 persen.
Direktur Utama RSUD Ciereng Kabupaten Subang Achmad Nasuhi hari-hari ini 70 persen persediaan oksigen medis yang mereka miliki dipergunakan untuk penanganan pasien Covid. Sisanya, 30 persen untuk pasien bedah.
"Jadi selain kekurangan ruang rawat inap untuk isolasi pasien Covid-19, kita juga kekurangan APD, peti mati, dan oksigen," ujar Achmad usai meninjau calon ruang isolasi di Politeknik Negeri Subang, kemarin.
Setiap kari, menurut Achmad, RSUD Ciereng setidaknya membutuhkan 300 tabung oksigen.
"Untuk satu jalur oksigen rata-rata untuk satu pasien, satu tabung itu hanya bertahan 40 menit. Belum lagi jika ada yang dipasang dua jalur," ujar Achmad.
Meski demikian, Achmad mengaku bersyukur karena diberi sinyal oleh pemkab untuk menggunakan dana biaya tak terduga untuk keperluan darurat dalam dua pekan ke depan.
"Ini bisa dipergunakan untuk kebutuhan darurat seperti oksigen, APD, dan lainnya," ujar Achmad.
Zona Merah
Sangat mencemaskannya perkembangan situasi pandemi Covid-19 di Jabar juga terlihat dari kembali bertambahnya kota dan kabupaten yang masuk menjadi zona merah risiko penyebaran Covid-19.
Kemarin, 11 kabupaten dan kota di Jabar masuk zona merah.
Sisanya, 16 kabupaten dan kota masuk zona oranye atau risiko sedang penyebaran Covid-19, termasuk Kabupaten Sukabumi yang semula berada di zona kuning atau atau risiko rendah penyebaran Covid-19.
Situasi ini jauh berbeda dengan pekan lalu. Pekan lalu, hanya ada dua zona meraj di Jabar, bahkan sempat sama sekali tak ada, meski hanya bertahan beberapa jam.
Sebanyak 11 daerah berstatus zona merah tersebut adalah semua daerah di Bandung Raya, yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi.
Zona merah lainnya, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Indramayu, serta Kabupaten Karawang dan Kota Depok.
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Barat, Daud Achmad, mengatakan Satgas Penanganan Covid-19 Jabar akan kembali keliling ke semua daerah zona merah ini.
"Kami akan memastikan penanganannya berlangsung dengan baik," ujar Daud melalui telepon, kemarin.
Subdivisi Data dan Kajian Epidemiologi Divisi Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Jabar mencatat, terjadi kenaikan signifikan kasus positif Covid-19 periode 21-27 Juni 2021 (23.735 kasus) dibandingkan periode 14-20 Juni 2021 (15.628 kasus).
Kasus aktif (dalam perawatan/isolasi) Jabar juga mengalami kenaikan signifikan dengan bertambah sebanyak 14.680 pada periode 21-27 Juni 2021.
Peningkatan angka kasus harian inilah yang menyebabkan penambahan jumlah zona merah di Jabar.***