Sekilas Legenda Seni Bajidoran Hingga Jaipongan di Tanah Jawa Barat
Bajidoran merupakan kesenian rakyat Jawa Barat, yang berkembang di Karawang dan Subang serta Bandung. Namun bojidoran kini sudah melegenda, setelah mengalami modernisasi di tahun 1976 oleh Sang Maestro Gugum Gumbira.
Menurut praktisi seni Jaipong Kreasi asal Subang Dr. Noviyanti Maulani Silviadi S. Pd, bajidoran memiliki fungsi hiburan bagi masyarakat, dan memiliki bentuk penyajian yang sangat khas.
"Bajidoran menampilkan sajian musik khas Sunda yang ditabuh sedemikian rupa menyesuaikan dengan konsep dan lagu yang dibawakan. Ada pula sinden yang melantunkan tembang-tembang Sunda, serta tak lupa juga penari jaipong yang melenggok ke sana ke mari mengikuti iringan kendang,".
Kemudian seni bajidoran menjadi salah satu insfirasi terbentuknya jaipongan, yang dipadukan dengan seni ketuk tilu, pencak silat, banjet dan lain sebagainya.Bajidoran, yang sudah menjelma menjadi seni jaipongan, mengalami masa kejayaannya di tangan Maestro Gugum Gumbira.
"Dalam perkembangannya jaipongan juga mengalami perubahan fungsi, dari fungsi hiburan menjadi pertunjukan estetis, yang sampai pada akhirnya merambah ke fungsi pendidikan. Seperti halnya yang digelorakan Lembaga Adat Karatwan Galuh Pakuan, melalui Festival Tari Kreasi Jaipong Galuh Pakuan Cup," ungkap Noviyanti, di Subang, Rabu (27/12/2023).
Adapun harapan yang ingin dicapai, lanjut Noviyanti, seni bajodoran maupun Jaipongan, merupakan kekayaan bersama masyarakat Jawa Barat, bahkan Nasional, yang perlu dilestarikan, melalui kreativitas para pelaku seni.
"Jadi bajidoran dan jaipongan itu, bukan milik sekelompok orang, tetapi milik bersama masyarakat Jawa Barat, bahkan juga nasional. Siapapun boleh melestarikan dan mengembangkannya. Karena kreativitas manusia itu, selalu berkembang, dan hal tersebut, kita tidak bisa mengelaknya, yang terpenting, bagaimana kita dapat mengimbanginya dan mengaitkannya dengan kontek pendidikan," pungkasnya.(*)